Rabu, 23 Desember 2015

Artikel Kesehatan

Hari ini saya akan membahas bagaimana cara kita menjaga mata kita agar tetap sehat,

Mata merupakan salah satu panca indera manusia yang sangat penting. Coba dibayangkan apabila kita mengalami kerusakan pada mata atau kebutaan, tentunya kita tidak dapat menikmati dan merasakan betapa indahnya alam semesta ini. Untuk itu, sebaiknya kita mulai menjaga kesehatan mata kita dengan cara melakukan perawatan secara berkala dan rutin.

Berikut 7 Cara Menjaga Kesehatan Mata

1. Periksalah mata setiap 12 bulan
Masalah penglihatan yang tidak cepat ditangani akan membuatnya berkembang semakin parah, maka dari itu dihindari memakai lensa kontak dan juga kacamata yang sudah tidak cocok untuk anda karena hal itu dapat menyebabkan masalah penglihatan dan sakit kepala.

2. Nutrisi untuk Mata
Studi baru-baru ini menyebutkan bahwa vitamin dan kelompok antioksidan bisa mencegah dan memperlambat degenerasi makular serta pertumbuhan katarak. Nutrisi ini baik untuk tubuh dan mata

3. Penggunaan cahaya yang cukup
Hindarilah bekerja dengan cahaya minim ataupun cahaya yang terlalu terang karena dapat menyebabkan kelelahan mata. Penggunaan cahaya yang baik jika bekerja menggunakan komputer adalah cahaya dari arah samping dengan dengan lampu meja bercahaya cukup. Kurangi tingkat cahaya di monitor. Warnanya memang menjadi tak terlalu tajam, tapi akan membuat mata menjadi lebih nyaman.

4. Istirahatkan mata Anda
Banyak orang yang merasakan mata mereka menjadi lelah setelah duduk seharian di depan layar komputer. Hal ini dikarenakan ketika didepan komputer mata berkedip 25% lebih sedikit dari biasanya dan menyebabkan mata jadi kering. Yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah tutup mata anda sekitar 5 detik lalu membukanya kembali.

5. Jika memakai lensa kontak, rawatlah dengan baik
Lensa kontak sebenarnya tidak begitu merepotkan, namun kebersihannya harus selalu dijaga. Bersihakan lensa kontak setiap kali akan memakai ataupun melepaskannya. dan selalu mengganti cairannya, sebelum tidur di malam hari.

6.Gunakan filter monitor
Gunakan filter glass monitor untuk mengurangi sinar yang menyilaukan dan radiasi yang dipancarkan oleh layar monitor.

7. Letakkan kertas kerja agar mudah dibaca saat di depan komputer.
Apabila bekerja dengan menyalin atau membaca kertas kerja, maka letakkan kertas kerja itu dalam jarak yang seimbang dengan monitor anda. Supaya tidak perlu bolak-balik untuk memfokuskan pandangan saat membaca kertas kerja anda.

Itulah beberapa cara untuk menjaga kesehatan mata kita, semoga bermanfaat.


Salah Nalar

SALAH NALAR



Nama Dosen : Budi Santoso, SS
Penulis: Winda Maulina
NPM: 29213323






KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga Makalah Salah Nalar dapat tersusun dengan baik.
Makalah ini merupakan tugas yang wajib disusun oleh mahasiswa/i Universitas Gunadarma setelah mengikuti masa perkuliahan tentang materi yang telah disampaikan.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada Bapak Budi Santoso selaku dosen pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 sehingga makalah yang penulis susun ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Makalah Salah Nalar ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang. Semoga Makalah Salah Nalar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bekasi, 22 Desember 2015
                         
                                                                           Penulis
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berpikir merupakan kata yang tentunya sudah lazim kita dengar. Bahkan berpikir dilakukan oleh semua orang dalam bertindak dan lain sebagainya. Namun, tidak semua orang mengetahui makna dari kata berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan obyek material logika. Obyek berpikir meliputi kegiatan pikiran, akal budi manusia dan lain sebagainya. Dengan berpikir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan, pengerjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
Obyek material logika bukanlah bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa. Akan tetapi, bukan sembarangan berpikir yang diselelidiki dalam logika, melainkan dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatan. Oleh karena itu, berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran disebut lurus? Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Jika peraturan-peraturan itu ditepati, tentu berbagai kesalahan atau kesesatan dapat dihindarkan. Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang dalam proses berpikir, sering terjadi kekeliruan dalam menafsirkan atau menarik suatu kesimpulan. Kekeliruan atau kesalahan dalam proses berpikir tersebut disebut dengan salah nalar. Pengertian lain mengatakan bahwa salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Kekeliruan dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan. Kekeliruan dapat dihindari dengan  mengkaji terlebih dahulu sesuatu sebelum kita menafsirkan atau menarik sebuah kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas secara lebih mendalam mengenai salah nalar.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a.    Apa saja macam-macam salah nalar?
b.    Mengapa salah nalar sering terjadi?
c.    Apa saja faktor penyebab terjadinya salah nalar?
d.   Bagaimana cara mengatasi dan menghindari salah nalar?
C.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui  apa saja macam-macam salah nalar.
b.    Untuk mengetahui  mengapa salah nalar sering terjadi.
c.    Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya salah nalar.
d.   Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan menghindari salah nalar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Macam-macam Salah Nalar
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam salah nalar, yaitu sebagai berikut :
1.    Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan simpulan di dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan generalisasi adalah perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya. Contoh Generalisasi yang terlalu luas sebagai berikut:
a)    Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
b)   Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. Dua bentuk kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b.   Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2.    Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain. Analogi adalah persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan analogi adalah sebagai berikut:
a)    Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
b)   Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti mengendarai sepeda motor.
c)    Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
3.    Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat)
Kekeliruan kausalitas terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab dari suatu peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari kekeliruan kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
a)    Saya tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b)   Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.
4.    Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum dikenal, berikut penjelasannya:
a)    Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b)   Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran logis.
c)    Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena ancaman atau terror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
d)   Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti demonstrasi dan propaganda.
e)    Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
f)    Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g)   Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
h)   Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
i)     Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan konklusi.
5.    Penyandaran Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya. Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a)    Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain.
b)   Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c)     Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
B.       Mengapa Salah Nalar Sering Terjadi
Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Contoh penyebab yang salah nalar adalah sebagai berikut:
a)    Hendra mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
b)   Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
C.      Faktor Penyebab Terjadinya Salah Nalar
Terjadinya salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
2.    Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak
D.      Cara Mengatasi dan Menghindari Salah Nalar
Ada beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Memilih kata dengan baik;
b)   Harus mengetahui teori dasar dalam berpikir;
c)    Sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas;
d)   Memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan;
e)    Menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar;
f)    Jangan menyimpulkan premis dengan cepat;
g)   Dapat berkomunikasi dengan baik;
h)   Tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
 
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan jawaban dari rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan pada Bab II, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.    Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Jika tidak maka akan terjadi salah nalar.
2.    Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
3.    Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain
4.    Sesungguhnya salah nalar dapat dihindari dengan mempelajari teori dalam berlogika.
B.       Saran
Berdasarkan jawaban dari rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan pada Bab II, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal, yaitu:
1.    Sebaiknya kita tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih dahulu kebenarannya; dan lain-lain.
2.    Sebaiknya kita memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan agar pembicaraan terstruktur dengan baik.
3.    Sebaiknya sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
4.    Sebaiknya Jangan menyimpulkan premis dengan cepat.

Minggu, 08 November 2015

PENALARAN INDUKTIF



PENALARAN INDUKTIF



Nama Dosen              : Drs. Budi Santoso, SS
Penyusun                   : Winda Maulina
NPM                           : 29213323


Diajukan Guna Melengkapi Tulisan Dan Tugas Bahasa Indonesia 2 (Softskill)


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulis ilmiah ini dengan judul “ Penalaran Induktif “. Adapun penulisan ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai tugas softskill mata kuliah Bahasa Indonesia 2 pada semester 5.
Dalam penyusunan penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan yang mungkin disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dorongan dan bantuan yang telah diberikan baik moril amupun materiil kepada :
1.      Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Drs. Tjahjo Dwinurti, Ssi, MMSI., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
3.      Bapak Budi Santoso, SS, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pembuatan penulisan ilmiah ini.
4.      Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa nya serta semua semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini.
5.      Orang Terdekat saya, M. Ryan Zakaria yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan penulisan ilmiah ini.
Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang berkepentingan. Penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Bekasi, ........................     


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1.            Latar Belakang1
1.2.            Rumusan Masalah 2
1.3.            Tujuan Penelitian2
1.4.            Manfaat Penelitian2
1.5.            Metode Penelitian2
1.5.1.      Data/Variabel2
1.5.2.      Metode Pengumpulan Data3
BAB II PEMBAHASAN4
2.1.      Pengertian Penalaran4
2.2.      Penalaran Induktif4
2.2.1.      Jenis-Jenis Penalaran Induktif5
BAB III PENUTUP 9
3.1.      Kesimpulan9
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang

Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.

Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.

Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.


1.1.            Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, ada dua metode dalam penalaran tapi disini penulis hanya membahas dan merumuskan masalah “ Apa yang dimaksud dengan Penalaran Induktif? “

1.2.            Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang Penalaran Induktif

1.3.            Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini dapat diperoleh manfaat yaitu penulis dapat lebih memahami tentang  Penalaran Induktif. Penulisan ini dapat dijadikan bahan refrensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penulisan sejenis.

1.4.            Metode Penelitian
1.4.1.      Data /Variabel
a.       Data Primer
Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang dilakukan saat ini.
b.      Data Sekunder
Data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini tetapi untuk beberapa tujuan lain.

1.4.2.      Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a.       Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dilakukan dengan membaca literatur, mendalami dan memahami teori serta konsep penelitian sejenis yang dijadikan landasan bagi peneliti.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

2.2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.


2.1.1.  Jenis – Jenis Penalaran Induktif
Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi.
A.    Analogi
Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh dari Analogi
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.

Ø  Ada 2 macam analogi,yaitu :
1)      Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh:
Timnas Indonesia lolos dalam semifinal piala asia dengan demikian timnas Indonesia akan masuk piala dunia di tahun mendatang dengan berlatih setiap hari.

2)      Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
            Contoh:
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

B.     Generalisasi
Generalisasi adalah penarikan kesimpulan umum dari data atau fakta-fakta yang diberikan atau yang ada.
Ø  Analogi mempunyai 4 fungsi, antara lain :
1.      Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2.      Meramalkan kesaman
3.      Menyingkapkan kekeliruan
4.       Klasifikasi

Ø  Macam – Macam Generalisasi
a.       Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk

b.      Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.

Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
·         Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
·         Sampel harus bervariasi.
·         Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

c.       Kausal
Kausal adalah merupakan prinsip sebab-akibat yang di haruri dan pasti antara gejala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya , merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. 

Contoh :
Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati. 

Ø  Tujuan Kausal
Tujuan kausal terdapat dalam Hubungan Kausal dapat berlangsung dalam tiga pola :
·         Sebab ke akibat
Dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
·         Akibat ke sebab
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
·         Akibat ke akibat
Dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat. 


BAB III
PENUTUP


1.1.            Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif adalah metode menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisasi, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan akibat–sebab.



DAFTAR PUSTAKA








 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo